Aisyah, 25 tahun, keluar dari
ruang direksi, dengan wajah bersungut. Tak biasa, memang. Apalagi Aisyah
dikenal di lingkungan tempat bekerja sebagasi karyawati yang humoris,
berpembawaan ceria dan patut diberi acungan jempol - loyal bahkan cenderung
bersikap mengabdi pada perusahaan.
"Permohonan kenaikan gaji
yang gue ajukan tiga bulan lalu, ditolak. Padahal, gue sudah nego sana sini
dengan pihak direksi.
Pekerjaan jangan tanya, dan
loyalitas gue juga enggak usah diragukan, tapi itu semua enggak dijadikan
pertimbangan. Permintaan kenaikan gaji yang gue ajukan, juga masih batas
wajar-wajar, kok," celotehnya ketika kami makan siang di sebuah resto di
sebuah mal di Jakarta Selatan.
Gambaran di atas, merupakan
salah satu bentuk konflik yang acap muncul dalam sebuah perusahaan. Urusan
gaji, memang menjadi salah satu konflik yang sering muncul, dan buntutnya
biasanya - pihak karyawanlah yang menelan kecewa. Dan, sebab ketidakpuasan soal
perolehan ini juga, yang paling sering menimbulkan "gerakan".
Sebenarnya, adu urat alias
bersitegang saraf gara-gara gaji antara direksi dan karyawan, bisa tidak
terjadi, hanya yang intens dan baik di antara kedua belah pihak. Apalagi
sebagai pekerja profesional, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk
menentukan dan menaikkan harga atau gaji dalam bekerja. Di antaranya, bekerja
sesuai dengan keahlian, mengikuti aturan memben kan yang
terbaik pada perusahaan, sehingga perusahaan mengalami kemajuaan atas kehadiran
Anda. Dengan demikian, hanya perusahaan yang profesionallah yang bisa
mengimbangi dengan memberikan perolehan layak, diikuti kesejahteraan dan
kondisi kerja yang sehat pula.
Gila Kerja
Lain halnya bila Anda ingin
menjadi orang yang gila kerja, yang mungkin tak terlampau mempermasalahkan
perolehan. Namun begitu, tetap harus ada yang Anda pahami secara mendalam,
berapa besar harga Anda? Sudahkah sesuai atau seimbang pendapatan yang
diperoleh, dengan kewajiban yang Anda berikan pada perusahaan? Bila tidak
sesuai, Anda bisa menuntut, karena itu hak yang harus Anda miliki. Yang perlu
Anda sadari, bahwa harga dalam bekerja, berhubungan dengan kelangsungan hidup.
Oleh karena itu, sebelum menuntut kenaikan gaji, tak ada salahnya untuk
terlebih dulu melakukan riset. Riset bisa menjadi langkah awal meneliti
struktur upah dan cara menggolongkan pegawai, sebagai antisipasi terjadinya
manipulasi dan pembodohan dari pihak pengusaha.
Tak Berarti Menjilat
Melakukan pendekatan pribadi
pada atasan bukan pekerjaan menjilat atau cari muka. Selama melakukannya sesuai
dengan prosedur, itu suatu hal yang wajac Bilapun hal itu ditangkap dengan
sikap tidak senang oleh karyawan lain, itu merupakan dinamika perusahaan. Dalam
perusahaan, setiap karyawan mempunyai kepentingan masingmasing.
Untuk mendekati atasan pun,
jangan salah orang. Cari orang yang tepat agar tidak salah melakukan
pendekatan, sehingga bisa berakibat fatal atas kelangsungan pekerjaan. Semisal,
dekati pemegang keputusan atau manajemen yang memiliki hubungan dengan gaji. Di
situ, langkah Anda sangat menenbangun nilai diri Anda. Lalu, miliki bukti bahwa
Anda orang yang berprestasi. Namun, Anda juga harus objektif. Dalam menentukan
gaji yang layak, harus melihat latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja.
Hampir kebanyakan karyawan menuntut dinaikan gaji, tapi tidak melihat kedua
unsur ini. Seperti, pengalaman kerja sedikit, latar belakang pendidikan rendah,
tapi meminta gaji tinggi. Hal ini tentu suatu tindakan yang konyol dan salah
besar. Malah ketika pengajuan kenaikan gaji penampilan rapi, maka sebaiknya
Anda mengikutinya.
Keempat, rajin tatap muka dengan
atasan. Walau terkesan menjilat, tetapi langkah ini tergolong ampuh. Adalah
sangat penting untuk mengambil hati atasan. Karena, atasan tidak akan tahu
prestasi Anda jika hanya dekat dengan rekan semeja kerja. Kadang-kadang atasan
super sibuk, karena banyak urusan sehingga tidak punya waktu untuk tatap muka
dengan karyawan. Kondisi itu bisa Anda yang patut diperhatikan guna
meningkatkan derajat di kantor. Pertama, adalah jadikan ucapan atasan sebagai
referensi. Karena seorang atasan akan merasa dihormati, bila bawahannya selalu
mengingat kata-katanya. Oleh karena itu, perhatikan secara hikmat kata yang
diucapkan atasan, lalu jadikan referensi.
Kedua, jangan takut minta saran
pada atasan. Walau sudah tahu apa yang akan dilakukan, namun tidak ada salahnya
bila meminta saran atasan. Hal ini menunjukan bahwa opininya sangat berharga.
Tanyakan hal yang berkaitan dengan keahliannya dalam pekerjaan. Misalnya,
"Sebagai orang terkenal bapak pasti banyak kenal orang penting. Menurut
bapak, siapa kira-kira yang perlu diundang dalam acara launching produk baru
nanti?"
Ketiga, menjaga penampilan.
Penampilan merupakan hal pertama yang dilihat orang dan cukup berpengaruh pada
penilaian, serta menjadi poin penting dalam dunia kerja. Perlu diingat,
penampilan tidak hanya menunjukan busana saja, namun bahasa tubuh, tingkah
laku, juga masuk dalam penampilan.
Memang, tidak semua perusahaan
menganjurkan karyawannya untuk berpenampilan formal. Begitupun, bukan berarti
karyawan sesuka hati memakai pakaian untuk bekerja. Jangan terjemahkan santai
dalam gaya hidup
yang bebas. Bila perusahaan membuat undang-undang tentang penampilan rapi, maka
sebaiknya Anda mengikutinya.
Keempat, rajin tatap muka dengan
atasan. Walau terkesan menjilat, tetapi langkah ini tergolong ampuh. Adalah
sangat penting untuk mengambil hati atasan. Karena, atasan tidak akan tahu
prestasi Anda jika hanya dekat dengan rekan semeja kerja. Kadang-kadang atasan
super sibuk, karena banyak urusan sehingga tidak punya waktu untuk tatap muka
dengan karyawan. Kondisi itu bisa Anda memanfaatkan untuk menjalin kedekatan.
Untuk itu, ketika berpapasan di
halaman kantor atau dalam lift gedung tempat bekerja, jangan pernah ragu untuk
membuka pembicaraan. Semakin sering bertatap muka dengan atasan semakin
familiar dan populer Anda di mata atasan.
Kelima, bersuara saat meeting.
Untuk menghindari penilaian bodoh dalam lingkungan kerja, Anda harus banyak
berbicara di saat meeting. Untuk itu, sebelum meeting sebaiknya Anda
mempersiapkan bahan yang akan dibahas.
Tina Flaherry penulis "Talk
Your Way to The Top", artinya, duduk diam selama meeting bisa
menurunkan karier. Dalam pertemuan Anda harus aktif dan jangan sampai terlihat
seperti orang yang tidak mempunyai motivasi. Lalu, cobalah temukan hal-hal yang
baru, untuk kemudian lontarkan dalam pertemuan.
Dan, di saat Anda kehabisan
bahan bicara,jangan biarkan peluang bicara Anda diambil oleh rekan kerja yang
lain. Sekalipun sudah kehabisan ide bicara, tapi segeralah membonceng
pembicaraan milik rekan kerja yang lain. Lalu ikut berkomentar. Cara lain yang
cukup spektakuler mengambil posisi duduk strategis dekat atasan atau kepala
rapat, di setiap saat rapat kantor. Dengan duduk berdekatan dengan pusat
kekuasaan kantor maka secara otomatis Anda mudah mendapat citra. Anda pun
terlihat sepetti orang dalam, yang tahu rahasia perusahaan. Dalam hal ini,
setidaknya Anda menjadi bahan perhatian oleh karyawan lain.
No comments:
Post a Comment