Pada saat manusia lahir,
pikirannya benar benar masih kosong, putih bersih. Kita hanya
dibekali reflek reflek untuk bertahan hidup. Jika telapak tangan disentuh,
otomatis kita akan menggenggamnya dengan kuat. Jika bibir kita disentuh,
otomatis mulut akan terbuka dan mulai menghisap apapun yang masuk ke mulut.
Apakah itu puting susu ibu kita, atau mainan kakak kita, semua akan kita hisap
dengan gerakan yang sudah di programkan.
Kita tumbuh sebagai sosok yang
kuat dan selalu berusaha secara maksimal untuk belajar segala
sesuatu dan menirukan apapun yang terjadi di sekitar kita. Kita melihat ibu
kita, kakak kita atau siapapun tengkurap kalau sedang mengudang kita
supaya bisa berhadapan muka, maka secara otomatis kita belajar tengkurap. Upaya
pertama gagal, kedua gagal, ke tiga juga gagal, hampir berhasil dan jatuh
sehingga kepala kebentur lantai. Kita menangis tetapi mencoba lagi dan mencoba
lagi sampai berhasil. Tidak satupun bayi punya pemikiran seperti kebanyakan
kita sekarang :”Iyaaa, ibu besar, kakak besar, mereka bisa tengkurap. Saya ini
kecil, lemah, pasti nggak bisa tengkurap. Buktinya, saya sudah mencoba
berulangkali, kepala kebentur lantai, sakit tahuuu .... Sudahlah
saya tidak akan mencoba lagi. Saya sudah ditakdirkan untuk telentang terus”.
Kalau saja si bayi itu seperti kita yang sekarang, pastilah lebih enak
telentang daripada mencoba tengkurap yang sering gagal. Belum lagi setelah
tengkurap nanti harus bisa duduk, kemudian bisa merangkak....nggak habis habis
masalahnya. Lebih enak seumur hidup telentang. Kemudian mulailah pemrograman
pikiran oleh orang sekitar kita. Oleh pembantu kita diajak mengunjungi
temannya. Disana mereka bergunjing tentang sulitnya cari uang, bekerja keras
dengan hasil sedikit, majikan yang jahat. Kemudian kita diajak ibu untuk pinjam
uang ke tetangga. Ketika ditolak, ibu marah marah dan ngomel sepanjang jalan
:”Orang kaya pelit, uang nggak dibawa mati saja”.
Guru ngaji kita cerita tentang
nabi Muhammad SAW. Kesukaannya cerita tentang bagian bagian ketika nabi miskin.
Karena gurunya belum kaya, tentu mencari contoh contoh yang sesuai dengan
kondisi dirinya. Mereka cerita perut nabi diganjal batu bata karena lapar. Padahal
nabi miskin itu hanya sebentar, ketika baru hijrah ke Madinah dan meninggalkan
ibu Khadijah (+kekayaannya) di Makkah. Mereka tidak berani cerita bahwa nabi
itu kaya tetapi hidup sederhana. Akhirnya kita berpikir bahwa lebih
mulia menjadi miskin dibanding menjadi menjadi kaya. Ada tuntunan
yang mengatakan “lebih mudah memasukkan onta ke lubang jarum dibanding
memasukkan orang kaya ke surga”. begitu pula ada lagi mentakut takuti bahwa
orang kaya akan dihisap lebih lama. Mereka lupa bahwa Allah itu maha cerdas.
Untuk apa Dia tanya tanya kepada kita apa yang kita lakukan di dunia ?. Dia
pastinya sudah memasang chip canggih di kita dan tinggal melihat apa yang
tercatat di chip itu.
Ayah kita yang pekerja keras
selalu mengatakan bahwa orang nganggur itu hina. Orang harus bekerja
keras mencari nafkah, pensiun itu berarti akhir dari segalanya, begitu kata
embah kita yang baru pensiun. Kalau ada orang bertanya ke kita : ”Besok kalau
besar akan jadi apa ?”, hampir pasti kita diwajibkan menjawab jadi
dokter, tentara, hakim, pengusaha dan lain lain. Kalau ada anak yang
menjawab dengan benar yaitu menjadi kaya supaya bisa membantu banyak orang,
pasti dilanjutkan dengan pertanyaan : ”Iya...untuk menjadi kaya itu kamu
menjadi apa ?”. Begitulah masukan masukan salah tentang uang dan kaya masuk ke
pikiran kita. Kita diprogram untuk sekolah yang pintar supaya besok mendapat
pekerjaan dengan gaji tinggi dan menjadi kaya. Padahal tidak ada orang bisa
kaya dengan cara itu. Semakin besar penghasilan (aktif) kita, semakin besar
pula masalah keuangannya. Itu sudah terbukti.
Begitulah kita sejak lahir
diprogram oleh lingkungan kita. Sampai usia 7 tahun, kita menyerap semuanya
tanpa filter. Kemudian pola pikir yang sudah masuk tadi akan membentuk filter
sampai usia 13 tahun. Filternya adalah pemikiran yang sama,
sedangkan pemikiran yang berbeda dilarang masuk. Usia 13 -18 filter tambah
sempurna dan sejak usia 18 tahun kita sudah sulit untuk berubah. Di bidang yang
lain kita juga mendapat masukan tergantung lingkungan kita. Baik di bidang
keluarga, sosial, kesehatan fisik, kesehatan mental, agama maupun yang lain.
Tidak ada satupun yang ada di pemikiran kita ini yang asli dari kita. Semua
hasil pemrograman dari orang lain.
Kalau ada yang bertanya sopo
ingsun ? atau siapa diri kita ? Jawabannya adalah : ”Kita ini makhluk ciptaan
Allah yang paling sempurna, selalu berhasil mencapai apa yang kita inginkan,
disukai semua orang dan menyukai semua orang, tidak memiliki musuh, semua
adalah saudara dan teman....
kemudian pikiran kita diisi
dengan pikiran pikiran milik orang lain dan jadilah kita seperti sekarang”.
Jika kita lebih senang bekerja mencari uang dibanding bekerja membangun
aset, itu disebabkan karena kita lahir, besar dan dewasa di lingkungan seperti
itu. Akibatnya kita menjadi yang 95% orang berebut 5% kekayaan
dunia. Disisi lain ada 5% orang yang sejak kecil atau ditengah kehidupannya
menemukan mentor yang tepat, yang bekerja membangun aset, dan mereka memiliki
95% kekayaan dunia. Yang satu harus bekerja sampai tua/mati, yang satu bisa
santai dan menikmati hidup.
Sekarang kita sudah bisa memilih
mau menjadi yang mana ? Jika kita menjadi predator anak, maka pasti ada
pengalaman kita dengan predator anak di masa kecil kita. Jika kita senang
menyiksa isteri, pasti dulu kita pernah bergaul dengan penyiksa isteri, atau
kita pernah disiksa sehingga ada perasaan harus membalas dendam kepada sesuatu.
Jika kita memusuhi orang Yahudi, atau orang Arab, atau orang Jepang, atau orang
Rusia, atau orang Korea, atau orang Malaysia, atau orang Cina, atau orang
Padang, atau orang Sunda. Maka hampir pasti dalam
perjalanan hidup kita, kita
pernah berkumpul atau berguru kepada orang yang membenci orang
Yahudi, atau orang Arab atau orang Cina, atau orang Jepang, atau orang Rusia,
atau orang Korea, atau orang Malaysia, atau orang Padang, atau orang Sunda yang
memperkuatnya dengan dalil -dalil adat, patriotisme, kebangsaan atau agama.
Itulah yang kemudian kita anggap sebagai kebenaran. Kalau yang berhubungan
dengan agama, dianggap sebagai iman yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Di
ajaran agama manapun memang ada bagian bagian ajaran yang tidak suka dengan
etnis tertentu.
Penyebabnya mungkin karena ada
satu dua orang dari etnis itu yang dulu berbuat kurang baik pada tokoh atau
masyarakat saat itu. Padahal hampir semua etnis selalu ada orang baik dan orang
yang buruk. Di tahun 1942 - 1945, semua orang Jepang di Amerika mengalami
perlakuan buruk. Semua orang Jepang dianggap tidak bisa dipercaya, karena
tentara Jepang menyerang Pearl Harbour tanpa peringatan. Strategi perang
membuat semua bangsa Jepang dianggap sama yaitu curang dan tidak bisa dipercaya.
Selama ratusan tahun, Jawa dan
Sunda secara kultural bermusuhan karena efek perang Bubat di jaman Mojopahit.
Sampai saat ini Anda tidak akan menjumpai jalan Gajahmada atau Majapahit di
Bandung. Begitu juga gadis Sunda dan jejaka Jawa masih sering dihambat oleh
keluarganya untuk menikah. Perang ratusan tahun lalu mempengaruhi pola pikir
kita sampai sekarang, karena terus dipertahankan lewat kidung kidung, rontal
dan kitab kitab.
Seperti yang pernah saya katakan
sebelumnya, *ada 4 bidang kehidupan yang kita sepenuhnya dikendalikan oleh
bawah sadar kita, Yaitu sex, agama, politik dan keuangan.* Tidak ada
logika disini. Kalaupun ada dan berlawanan dengan program bawah sadarnya, tidak
akan bertahan lama karena pasti tidak tahan menghadapi penolakan penolakan di
bawah sadar. Kecuali bawah sadar Anda yang dirubah untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan Anda sekarang.
Khususnya di bidang keuangan.
Jadi, kalau kita bertanya lagi : ”Siapakah aku ?”, jawabnya : "Aku
ini makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, selalu berhasil mencapai apa
yang aku inginkan, disukai semua orang dan menyukai semua orang,
tidak memiliki musuh, semua
adalah saudara dan teman kemudian pikiranku diisi dengan pikiran pikiran milik
orang lain dan jadilah aku seperti yang sekarang ini. Seandainya pikiranku
diisi oleh orang yang berbeda, akupun akan memiliki pemikiran yang berbeda
pula”.
Di dunia ini sebenarnya
tidak ada kejadian yang benar atau salah, tidak ada hal baik atau buruk. Semua
kejadian itu netral. Kita hanya menafsirkan kejadian kejadian itu berdasarkan
masukan dari pancaindra kita yang kemudian dinilai oleh norma norma di pikiran
bawah sadar kita. Kita anggap benar atau baik jika cocok dengan program di
bawah sadar kita yang diisi oleh orang lain. Kita anggap salah atau buruk jika
tidak cocok dengan program bawah sadar kita yang diisi oleh orang lain juga.
Apapun yang kita katakan benar,
selalu ada orang di luar kita yang mengatakannya salah. Belum pernah ada
satupun hal benar atau hal salah yang disepakati seluruh orang di dunia. Kalau
toh ada, itupun belum tentu benar dan belum tentu salah. Hanya Allah yang
mengetahui nya.
Sebagai penutup, jadilah diri
Anda sendiri sebagaimana ANDA DICIPTAKAN ALLAH, bukan Anda yang
diprogram oleh sesama manusia. Anda adalah makhluk ciptaan Allah
yang paling sempurna,
selalu berhasil mencapai apa
yang Anda inginkan, disukai semua orang dan menyukai semua orang,
tidak memiliki musuh, semua adalah saudara dan teman Anda. Stop sampai disitu,
karena kelanjutannya hanyalah pemrograman orang lain. Ada pepatah cina yang
mengatakan bahwa seribu teman itu masih kurang, satu musuh sudah kebanyakan.
No comments:
Post a Comment