“Assalamualaikum
ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul
saya di pecat?”
“Walaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!”
Jawab Khalifah.
“Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai
pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?”
“Kamu tidak punya kesalahan.”
“Kalu tidak punya kesalahan kenapa saya
dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?”
“Pada zaman ini kamu adalah panglima
terbaik.”
“Lalu kenapa saya dipecat?” tanya Jenderal
Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.
Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab
menjawab, “Khalid, Anda itu jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan
peperangan telah Anda pimpin, dan tak pernah satu kalipun Anda kalah.
Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu
menyanjung Anda. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan Anda. Tapi,
ingat Khalid, Anda juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji
bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah
sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong. Seberat debu rasa sombong di
dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu.
Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku,
untuk menjagamu terpaksa saat ini Anda saya pecat. Supaya Anda tahu, jangankan
di hadapan Allah, di depan Umar saja Anda tak bisa berbuat apa-apa!”
Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid
tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang Ada beliau
langsung mendekap Khalifah Umar. Sambil menangis belaiu berbisik, “Terima kasih
ya Khalifah. Engkau saudaraku!”
Bukan kita yang hebat.. Allah yang
memudahkan jalan kita.
No comments:
Post a Comment