Sekelompok anak muda menghadiri resepsi pernikahan.
Salah seorang di antaranya melihat guru SD nya.
Murid itu menyalami gurunya dengan penuh penghormatan,
seraya berkata:
"Masih ingat saya kan, pak guru?”
Gurunya menjawab, “wah maaf, tidak tuh."
Murid itu bertanya keheranan, "Masa sih, pak guru
tidak ingat saya."
"Saya kan... murid yang dulu mencuri jam
tangan punya salah seorang teman di kelas."
"Ketika anak yang kehilangan jam itu menangis, pak
guru menyuruh kita untuk berdiri semua, karena akan dilakukan penggeledahan
saku murid semuanya."
"Saat itu saya berfikir, bahwa saya akan
dipermalukan dihadapan para murid dan para guru, dan akan menjadi tumpahan
ejekan dan hinaan, mereka akan memberikan gelar kepada saya:
"pencuri" dan harga diri saya pasti akan hancur, selama hidup
saya."
"Bapak menyuruh kami berdiri menghadap tembok dan
menutup mata kami semua."
"Bapak menggeledah kantong kami, dan ketika tiba
giliran saya, Bapak ambil jam tangan itu dari kantong saya, dan Bapak lanjutkan
penggeledahan sampai murid terakhir."
"Setelah selesai, Pak guru menyuruh kami membuka
penutup mata, dan kembali ke tempat duduk masing-masing."
"Saya takut Bapak akan mempermalukan saya di depan
murid murid lain yang semuanya teman teman saya."
"Bapak tunjukkan jam tangan itu dan Bapak berikan
kepada pemiliknya, tanpa menyebutkan siapa yang mencurinya."
"Selama saya belajar di sekolah itu, Bapak tidak
pernah bicara sepatah kata pun tentang kasus jam tangan itu, dan tidak ada
seorang pun guru maupun murid yang bicara tentang pencurian jam tangan
itu."
"Bapak masih ingat saya kan pak?"
"Bagaimana mungkin Bapak tidak mengingat
saya??"
"Saya adalah murid Bapak, dan cerita itu adalah
cerita pedih yang tak akan terlupakan selama hidup saya."
"Saya sangat mengagumi Bapak. Sejak peristiwa itu
saya berubah menjadi orang yang baik dan benar hingga sekarang saya jadi orang
sukses.
Saya mencontoh semua akhlak dan sikap, juga
perilaku Bapak."
Sang Guru itu pun menjawab,
"Sungguh aku tidak mengingatmu, karena pada saat
menggeledah itu, aku sengaja menutup mataku, agar aku tidak mengenalmu."
"Karena aku tidak mau merasa kecewa atas perbuatan
salah satu muridku, aku sangat mencintai semua murid-muridku..."
***
Sahabat...
Pendidikan memerlukan akhlak yang mengajari bagaimana
menutup segala keburukan orang lain.
Seperti kisah di atas bagaimana akhlak guru terhadap
muridnya dan juga murid terhadap gurunya.
Karena pada hakikatnya setiap kita adalah guru,
dan setiap kita adalah murid.
Tutuplah Aib saudaramu, tahanlah lisanmu, dan jangan
menyebarkannya.
Aib yang nyata saja diperintahkan Allah untuk ditutup,
apalagi Aib yang belum tentu benar/salahnya, atau masih simpang siur kabarnya.
Tutupi Aib saudaramu di dunia maka Allah SWT akan
menutupi Aibmu di akhirat.
Memaafkan, memaklumi, dan berempati adalah sikap orang
yang berjiwa besar.
Guru memiliki tugas mulia, yakni mendidik muridnya
memiliki jiwa besar.
Selamat sahabat.... Semoga kita senantiasa bisa mengikuti
proses pendidikan kehidupan sepanjang hayat....
No comments:
Post a Comment